Slow Learning atau
lamban belajar merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar. Peserta didik
yang lamban belajar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran,
menganalisa yang dipelajari, dan mengalami kesulitan dalam memahami isi
pembelajaran, serta sulit membentuk kompetensi, dan mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Slow Learning menunjuk
pada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akibat kelambanan dalam
perkembangan terutama perkembangan mental. Kemampuan peserta didik yang lamban
belajar lebih rendah dibanding perkembangan rata-rata teman sebayanya.
Kelambanan perkembangan ini disebabkan oleh tingkat kecerdasan atau IQ di bawah
rata-rata umum atau di bawah normal.
1. Ciri-ciri
peserta didik yang lambat belajar
Peserta didik yang
tergolong lambat belajar akan menampakkan gejala-gejala yang menjadi
ciri-cirinya sebagai berikut :
a. lamban. Peserta
didik kelompok lambat belajar lamban dalam menerima dan mengolah pembelajaran,
lamban dalam bekerja, lamban dalam memahami isi bacaan, serta lamban dalam
menganalisis, dan memecahkan masalah.
b. Kurang mampu.
Peserta didik kelompok lambat belajar kurang mampu berkonsentrasi,
berkomunikasi dengan orang lain, mengemukakan pendapat, serta kurang kreatif
dan mudah lupa.
c. Tidak berprestasi.
Peserta didik kelompok lambat belajar prestasi akademisnya rendah dan hasil
kerjanya tidak memuaskan.
d. Motoriknya lamban.
Peserta didik kelompok lambat belajar, pada umumnya lamban dalam belajar
berjalan, terlambat dalam belajar berbicara, serta gerakan-gerakan ototnya
kendor dan tidak lincah.
e. Perilaku negatif.
Peserta didik kelompok lambat belajar sering memiliki perilaku yang kurang
baik, kebiasaan jelek, dan tidak produktif.
2. Memahami
latar belakang peserta didik lambat belajar
Untuk memberikan bantuan dan
bimbingan secara tepat, dan berhasil kepada peserta didik yang lambat
belajar, perlu dipahami berbagai hal yang melatar belakanginya. Untuk
kepentingan tersebut berbagai usaha yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
:
a. Studi Dokumentasi, yaitu
mempelajari catatan-catatan pribadi.
b. Mengumpulkan data baru
sebagai pelengkap
Dalam rangka memahami dan
mengenal latar belakang peserta didik, sebagai upaya melengkapi informasi yang
sudah ada, perlu ditempuh cara lain disamping mempelajari data pribadi peserta
didik. Cara lain ini dapat dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :
a. Home visit (kunjungan
rumah), yakni mengadakan kunjungan ke rumah orang tua peserta didik untuk
memahami situasi dan kondisi keluarga, dan lingkungannya.
b. Tes psikologi, untuk
memahami kemampuan psikisnya
c. Wawancara dengan
orang tua atau temannya
d. Observasi terhadap
kegiatan peserta didik pada waktu bermain, atau bekerja melakukan tugas
kelompok untuk memahami hubungan sosial dengan teman-temannya.
Dari berbagai usaha yang
dilakukan di atas akan diperoleh data yang dapat menggambarkan latar belakang
peserta didik. Perlu disadari bahwa tidak semua data yang diperoleh relevan
dengan masalah, sehingga perlu dilakukan seleksi data. Seleksi data ini perlu
dilakukan untuk memilah dan memilih data yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi dan dipecahkan, dengan data yang kurang atau tidak menunjang atau
tidak berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
B. Membimbing peserta
didik yang cerdas di atas normal
Peserta didik yang tergolong
cerdas adalah mereka yang memiliki IQ di atas normal. Sistem pendidikan di
Indonesia telah menyentuh anak-anak yang luar biasa melalui sekolah-sekolah
luar biasa atau sekolah khusus. Namun demikian, sampai saat ini perhatian untuk
menyelenggarakan pendidikan khusus kepada anak luar biasa masih terbatas pada
anak luas biasa di bawah normal.
1. Ciri-ciri
anak luar biasa di atas normal.
Peserta didik yang memiliki
kecerdasan di atas normal sebenarnya dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok. Pertama, kelompok pandai sekali dengan IQ 130 ke atas dan kedua,
kelompok pandai dengan IQ antara 110 sampai dengan 130. dua kelompok ini
merupakan peserta didik luar biasa di atas normal yang memiliki sifat-sifat
sebagai berikut :
a. Belajar berjalan dan bicara
lebih awal dan cepat menguasai kosa kata dalam jumlah yang banyak.
b. Pertumbuhan jasmani lebih
baik, otot-otot kuat, motoriknya gesit (lincah), dan energik.
c. Haus akan ilmu pengetahuan,
dan menyukai serta sering mengikuti berbagai perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan.
d. Mampu secara tepat menarik
suatu generalisasi, dapat mengenal hubungan antara fakta yang satu dengan fakta
yang lain.
e. Cepat dalam menerima,
mengolah, memahami dan menguasai pembelajaran, prestasinya baik sekali dalam
seluruh bidang studi
f. Memiliki rasa ingin tahu (natural
curiousity) yang tinggi.
g. Cepat dan tepat dalam
bertindak.
2. Prinsip
dasar membimbing peserta didik yang cerdas
bebepara hal yang perlu
diperhatikan dan dipahami guru dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik
cepat belajar adalah :
a. Perlu diupayakan untuk
mengembangkan seluruh potensi peserta didik agar memperoleh perkembangan yang
optimal, sehingga dapat dicapai suatu kebahagiaan.
b. Bimbingan yang diberikan
harus sesuai dengan ciri-ciri khusus serta kebutuhan peserta didik yang cepat
belajar
c. Setiap sekolah harus diatur
sedemikian rupa, sehingga tercipta suasana yang aman dan nyaman, dan
memungkinkan peserta didik cepat belajar mengembangkan seluruh aspek
pribadinya.
d. Dalam memberikan bimbingan
jangan semata-mata menekankan pada perkembangan aspek intelektualnya saja,
tetapi perlu dikembangkan aspk-aspek lain seperti sikap, nilai, mental, moral,
emosional, sosial, spiritual dan tanggung jawab.
e. Perlu dikurangi kegagalan dan
pemborosan sejauh mungkin dengan jalan mendayagunakan seluruh bakat dan
kecerdasan serta kreatifitas peseta didik.
Masalah-masalah yang dihadapi
peserta didik cepat belajar pada umunya bersumber dari kondisi-kondisi sebagai
berikut :
a. kurang atau tidak adanya
pengertian dari pihak pendidik. Mereka tidak mengerti bagaimana memperlakukan
peserta didik yang cerdas.
b. Kurang adanya perhatian dari
pihak pendidik. Perhatian perhatian pendidik umunya ditujukan kepada peserta
didik yang normal, atau ditujukan kepada peserta didik yang lambat belajar.
c. Anggapan yang keliru dari
pendidik bahwa peserta didik yang cerdas akan mampu atau bisa memelihara,
menjaga dan mengembangkan dirinya sendiri tanpa bimbingan orang lain.
Peserta didik yang tergolong
cerdas di atas normal tidak berbeda dengan teman lain, dalam arti sebenarnya
mereka juga memerlukan perhatian, perhargaan dan kasih sayang, karena hal
tersebut merupakan sebagian dari kebutuhan pokok (basic needs). Namun demikian,
dalam kenyataan apa yang dilakukan oleh pendidik baik orang tua maupun guru
kurang sekali perhatian kepada mereka. Hal ini disebabkan oleh
ketidakmengertian guru dan orang tua tentang cara memperlakukan anak serta
adanya anggapan yang keliru seperti disebutkan di atas
C. Individualisme
Pembelajaran
Untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
hendaknya pembelajaran tidak terbatas pada pembelajaran yang klasikal saja atau
pembelajaran massal, apalagi terbatas pada empat dinding kelas, tetapi perlu
diupayakan pembelajaran yang mengarah kepada pengajaran individual. Sehubungan
dengan itu, guru perlu melakukan upaya-upaya untuk melakukan individualisasi
pembelajaran. Individualisasi pembelajaran dimaksudkan sebagai bentuk
pembelajaran yang dapat melayani perbedaan peserta didik dan sesuai dengan
kemampuan, tempo belajar, minat, dan nafsu belajar masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar